Ketika aku di tanah melihat langit, balon-balon tersebut begitu kecil sekali. Namun, ketika mereka sampai ke bumi mendekatiku, mereka begitu besar. Saat aku menaiki balon udara menjauhi tanah, orang-orang terlihat seperti titik saja, bahkan aku tak bisa melihat teman-temanku. Tetapi lantas aku turun dan mendekatinya, mereka dapat kulihat, dan kali ini lebih jelas.
Sama seperti memahami hati manusia. Ketika aku jauh, jelas aku samar bahkan tidak memahami, kemudian semakin menjauh, aku bahkan tidak mengerti. Tetapi ketika aku mendekat, aku jelas dan tampak. Hati manusia, hati orang-orang terdekatmu, hati para musuhmu, hati para sahabatmu, janganlah dijauhi, dekati. Karena dengan mendekat akan semakin jelas kita melihatnya bahkan semakin dapat merasakannya.
Jakarta, 26 Mei 2010 (00:40)
Wednesday, May 26, 2010
Kenapa menjauh?
Posted by Citra Sultan at 12:49 AM 0 comments
Labels: balon udara
Saturday, March 20, 2010
Menangis Membaca Puisi
Saat ingin menyendok nasi pagi tadi, ada air mata keluar..
oh..ternyata,
Aku menangis habis membaca puisi
Aku orang yang aneh.
Tidak menangis saat kematian
Tidak menangis dalam kekalahan
Tidak menangis ketika kehilangan
Tapi, menangis karena membaca puisi
Apa dahsyatnya goresan para makhluk cinta itu?
Kalau kalian ingin tahu,
mari membaca bersama-sama
Jelas, ada pula yang membuatku menangis
Tidak tahu itu puisi atau apapun yang lebih mulia
Bahkan terkadang belum ditemukan artinya
Itulah dari Pencipta-ku.
Posted by Citra Sultan at 5:19 PM 2 comments
Sunday, February 28, 2010
Taman Impian Menuju Masa Depan : "PENDIDIKAN"
Di atas tanah itu terpajang sebuah papan megah..
Ada ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak keluar dari dalamnya
20 juta. Itu harga karcis masuknya jikalau kau juga mau ikut menjelajahi nya
Yang kata orang adalah "taman impian menuju masa depan"
Itu baru karcis masuknya, sedangkan apabila kau akan menaiki wahana-wahana lainnya tentunya harus berbayar lagi...
Itukah dunia pendidikan kita? Yang kata orang adalah menuju masa depan...
Sedangkan disini, ada manusia yang menanti uang logam berwarna perak untuk dapat hidup satu hari lagi.
Jakarta, 1 Mei 2007
Posted by Citra Sultan at 9:11 PM 0 comments
Friday, December 5, 2008
Transportasi Umum Kita?
Apakah ini salah satu alasan kita diejek oleh negara sebelah?,,,,haha...mari kita pikirkan bersama-sama...
dan Gambar itupun saya gunting dan masih saya simpan sampai sekarang, dengan harapan di dada bahwa suatu saat transportasi umum kita akan menuju ke arah yang lebih baik. Semoga.
Posted by Citra Sultan at 9:35 PM 1 comments
Wednesday, November 19, 2008
Tuesday, November 18, 2008
Pencipta Cahaya Dunia
Yang mau jadi dokter
Jelas, orang kaya bermodal ratusan juta
Berotak cemerlang bagai bintang
Yang mau menjadi ahli teknik
Jelas, orang pintar berkantong lebar
Karena sebelumnya ikut kursus bermodal juta
Yang mau jadi pejabat daerah
Jelas, dari orang yang berkuasa yang menitip ke sana-sini
Walau akhirya digebuki
Yang mau jadi guru,,,,
Siapa
Orang seperti apa
Akhirnya bagaimana
Masih dalam tanda tanya.
Jakarta, 19 Mei 2008 (Perhatianku Pada Guru, seorang pencipta cahaya dunia)
Posted by Citra Sultan at 2:40 PM 0 comments
Pahlawan Tersembunyi
Ketika hidup di zaman setelah kemerdekaan seperti sekarang ini, terkadang kita tidak bisa mengidentifikasikan siapa pahlawan kita. Kebanyakan dari kita menyebut pahlawan kita adalah orang tua, guru, teman, seniman,politikus,dll. Semua itu karena kita dekat dengan mereka.
Tapi apakah kita tidak menengok sedikit bahwa ada pahlawan-pahlawan disekitar kita yang memang bekerja demi kelangsungan hidup kita.
Sewaktu ikut Jelajah Kota Toea tadi, saya sedikit merekam aktivitas para pemulung kali besar ini. Fotonya memang tidak terlalu bagus, dan saya memang tidak berharap foto saya yang dipuji, melainkan para pahlawan ini sajalah yang dipuji dan dihargai. Itu saja sudah cukup.
Posted by Citra Sultan at 2:10 PM 1 comments
Labels: jakarta, kali besar, kota toea, pemulung